Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad
Nuh menyebutkan pemerintah perlu mengganti kurikulum pendidikan karena
kurikulum lama yang dibuat tahun 2006, itu tidak lagi sesuai dengan perubahan zaman.
Perubahan kurikulum sudah saatnya dilakukan karena selama ini kurikulum
pendidikan yang ada tidak menekankan pada pengembangan sumberdaya manusia (SDM)
yang berkarakter. Siswa lebih banyak dijejali dengan hafalan, bukan kompetensi
dan sains yang sebenarnya sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Nuh gusar, saat ini
bangsa Indonesia sedang mengalami kemerosotan moral. Kehidupan bangsa Indonesia
saat ini ia ibaratkan sirkus. Masyarakat menyaksikan tingkah laku para pejabat,
penegak hukum, dan pendidik yang tidak amanah. Pejabat yang seharusnya melayani
minta dilayani bahkan mengorup uang rakyat. Penegak hukum yang seharusnya
menegakkan hukum malah dihukum. Para pendidik juga demikian, banyak yang harus
dididik. Kondisi seperti ini akan terus bergulir jika tidak dilakukan langkah
pencegahan sejak dini. Salah satunya adalah kembali meningkatkan kualitas
pendidikan bangsa ini. Terutama pendidikan karakter yang mulai tercerabut dari
bangsa ini.
Bila kondisi yang
demikian tak segera dibenahi, bagaimana nasib generasi bangsa ini ke depan?
Ketika Indonesia berusia satu abad? Itulah sebabnya, Nuh menyiapkan program
pendidikan yang diperuntukkan bagi generasi mendatang, saat negeri ini berumur
100 tahun. “Bisa dibayangkan jika kekurangan dan keprihatinan yang ada saat ini
dibiarkan tanpa ada upaya penanganan yang serius, apa jadinya ketika bangsa ini
berusia 100 tahun?” tandasnya sebagaimana dilansir majalah biografi
bertajuk ‘Menyiapkan Generasi Emas Indonesia’.
Dalam kerangka besar
itulah, papar Nuh, perlunya dipikirkan sebuah pendidikan yang bisa menjadi
‘kado istimewa’ bagi bangsa ini, dalam wujud SDM yang berkualitas dengan
karakter bangsa yang kuat. Pendidikan karakter yang diinginkan bukan hanya
menjadikan peserta didik cerdas, tapi juga mempunyai budi pekerti dan sopan
santun, sekaligus mengembangkan rasa penasaran intelektual sebagai modal untuk
mengembangkan kreativitas dan daya inovasi.
Bangsa yang
berkarakter, tambah Nuh, sudah pasti unggul. Di samping tecermin dari moral,
etika, dan budi pekerti yang baik, bangsa berkarakter juga ditandai dengan
semangat, tekad dan energi yang kuat, pikiran yang positif dan optimis, rasa
persaudaraan, persatuan dan kebersamaan yang tinggi.
Menurut Nuh, Kurikulum
2013 lebih menekankan pada peningkatan kompetensi yang seimbang antara sikap (attitude),
keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Kompetensi ini
akan didukung empat pilar yaitu : produktivitas, kreativitas, inovatif, dan
afektif. Seseorang yang produktif dan kreatif, tidak serta merta inovatif. Tapi
sifat inovatif ini hanya bisa dibentuk kalau seseorang produktif dan kreatif.
Lebih jauh Nuh
menjelaskan, membicarakan tentang kurikulum, ada empat hal yang harus
diperhatikan, yaitu: standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses,
dan standar penilaian. Dalam menyusun kurikulum, hal pertama yang harus
diperhatikan kompentensi yang akan dicapai. Misalnya, siswa kelas I SD
diharapkan bisa apa, kelas V bisa apa, dan seterusnya. Setelah kompetensi
ditentukan, barulah menentukan prosesnya. Setelah itu menentukan cara
evaluasinya, apakah sudah tercapai atau belum. “Saat ini pendekatannya kita
ubah. Kalau dulu mata pelajaran dulu ditetapkan, baru kompetensinya, sekarang
kita ubah, kompetensinya dulu ditetapkan, baru menyusul mata pelajarannya,” jelasnya.
Pada kesempatan ini
Nuh menolak kesan di masyarakat bahwa Kurikulum 2013 disusun secara mendadak
tanpa evaluasi kurikulum yang sedang berjalan, tidak melibatkan guru atau
asosiasi profesi pendidik, kurang tersosialisasi, menghapus mata pelajaran yang
mendukung persaingan global seperti bahasa Inggris dan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK), mengabaikan kemampuan guru dalam membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dan silabus, serta tidak menjawab kebutuhan peserta didik.
Menurutnya, penyusunan Kurikulum 2013 sudah melalui proses panjang sebelumnya,
bahkan telah dikaji tim ahli. Hasilnya kemudian disampaikan kepada publik agar
mendapat masukan untuk penyempurnaan.
“Kurikulum 2013 ini
merupakan hasil perbaikan dari kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Yang
diperbaiki yaitu alur pikir dalam penyusunan materi yang diperdalam dan
diperluas dan beban yang disesuaikan,” tandas mantan Rektor Institut Teknologi
Sepuluh November (ITS) Surabaya itu.
Tidak ada komentar: