» » KURIKULUM 13


Mengapa Ganti Kurikulum


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh menyebutkan pemerintah perlu mengganti kurikulum pendidikan karena kurikulum lama yang dibuat tahun 2006, itu tidak lagi sesuai dengan perubahan zaman. Perubahan kurikulum sudah saatnya dilakukan karena selama ini kurikulum pendidikan yang ada tidak menekankan pada pengembangan sumberdaya manusia (SDM) yang berkarakter. Siswa lebih banyak dijejali dengan hafalan, bukan kompetensi dan sains yang sebenarnya sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Nuh gusar, saat ini bangsa Indonesia sedang mengalami kemerosotan moral. Kehidupan bangsa Indonesia saat ini ia ibaratkan sirkus. Masyarakat menyaksikan tingkah laku para pejabat, penegak hukum, dan pendidik yang tidak amanah. Pejabat yang seharusnya melayani minta dilayani bahkan mengorup uang rakyat. Penegak hukum yang seharusnya menegakkan hukum malah dihukum. Para pendidik juga demikian, banyak yang harus dididik. Kondisi seperti ini akan terus bergulir jika tidak dilakukan langkah pencegahan sejak dini. Salah satunya adalah kembali meningkatkan kualitas pendidikan bangsa ini. Terutama pendidikan karakter yang mulai tercerabut dari bangsa ini.
Bila kondisi yang demikian tak segera dibenahi, bagaimana nasib generasi bangsa ini ke depan? Ketika Indonesia berusia satu abad? Itulah sebabnya, Nuh menyiapkan program pendidikan yang diperuntukkan bagi generasi mendatang, saat negeri ini berumur 100 tahun. “Bisa dibayangkan jika kekurangan dan keprihatinan yang ada saat ini dibiarkan tanpa ada upaya penanganan yang serius, apa jadinya ketika bangsa ini berusia 100 tahun?” tandasnya sebagaimana dilansir majalah biografi bertajuk ‘Menyiapkan Generasi Emas Indonesia’.
Dalam kerangka besar itulah, papar Nuh, perlunya dipikirkan sebuah pendidikan yang bisa menjadi ‘kado istimewa’ bagi bangsa ini, dalam wujud SDM yang berkualitas dengan karakter bangsa yang kuat. Pendidikan karakter yang diinginkan bukan hanya menjadikan peserta didik cerdas, tapi juga mempunyai budi pekerti dan sopan santun, sekaligus mengembangkan rasa penasaran intelektual sebagai modal untuk mengembangkan kreativitas dan daya inovasi.
Bangsa yang berkarakter, tambah Nuh, sudah pasti unggul. Di samping tecermin dari moral, etika, dan budi pekerti yang baik, bangsa berkarakter juga ditandai dengan semangat, tekad dan energi yang kuat, pikiran yang positif dan optimis, rasa persaudaraan, persatuan dan kebersamaan yang tinggi.
Menurut Nuh, Kurikulum 2013 lebih menekankan pada peningkatan kompetensi yang seimbang antara sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Kompetensi ini akan didukung empat pilar yaitu : produktivitas, kreativitas, inovatif, dan afektif. Seseorang yang produktif dan kreatif, tidak serta merta inovatif. Tapi sifat inovatif ini hanya bisa dibentuk kalau seseorang produktif dan kreatif.
Lebih jauh Nuh menjelaskan, membicarakan tentang kurikulum, ada empat hal yang harus diperhatikan, yaitu: standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, dan standar penilaian. Dalam menyusun kurikulum, hal pertama yang harus diperhatikan kompentensi yang akan dicapai. Misalnya, siswa kelas I SD diharapkan bisa apa, kelas V bisa apa, dan seterusnya. Setelah kompetensi ditentukan, barulah menentukan prosesnya. Setelah itu menentukan cara evaluasinya, apakah sudah tercapai atau belum. “Saat ini pendekatannya kita ubah. Kalau dulu mata pelajaran dulu ditetapkan, baru kompetensinya, sekarang kita ubah, kompetensinya dulu ditetapkan, baru menyusul mata pelajarannya,” jelasnya.
Pada kesempatan ini Nuh menolak kesan di masyarakat bahwa Kurikulum 2013 disusun secara mendadak tanpa evaluasi kurikulum yang sedang berjalan, tidak melibatkan guru atau asosiasi profesi pendidik, kurang tersosialisasi, menghapus mata pelajaran yang mendukung persaingan global seperti bahasa Inggris dan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), mengabaikan kemampuan guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan silabus, serta tidak menjawab kebutuhan peserta didik. Menurutnya, penyusunan Kurikulum 2013 sudah melalui proses panjang sebelumnya, bahkan telah dikaji tim ahli. Hasilnya kemudian disampaikan kepada publik agar mendapat masukan untuk penyempurnaan.
“Kurikulum 2013 ini merupakan hasil perbaikan dari kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Yang diperbaiki yaitu alur pikir dalam penyusunan materi yang diperdalam dan diperluas dan beban yang disesuaikan,” tandas mantan Rektor Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya itu.

About Unknown

Hi there! I am Hung Duy and I am a true enthusiast in the areas of SEO and web design. In my personal life I spend time on photography, mountain climbing, snorkeling and dirt bike riding.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply